Pengembang Diri dalam Tugas

Dalam era globalisasi dewasa ini diperlukan suatu pemikiran yang lebih logis dan bijaksana dalam bertugas, baik sebagai staf pelaksana atau pencetus pengembangan suatu program. Tidak  berjalan ditempat sebagai protes kecil tetapi selalu mengasah kemampuan dengan sumber yang ada baik secara akademik ataupun belajar otodidak diperpustakan maya (internet). Yang menjadi hambatan adalah bagaimana memulainya dan bagaimana mengembangkannya jika telah di ketahui oleh pimpinan di atasnya. Jika dilihat tidak ada dukungan dari kiri kanan,  kadang pemikiran yang idealis dan praktispun mandek ditengah jalan hal inipun menjadi satu pemicu tidak berkembangnya kemampuan SDM bersangkutan dalam pengembangan dirinya untuk menunjang tugas yang dibebankan dalam lingkung organisasi tersebut.

Apasih yang harus didongkrak dalam pengembangan diri dalam tugas sebagai staf pelaksana harian baik teknis ataupun non teknis ? Hal inipun tidak akan datang dalam pemikiran seorang atasan yang kurang peduli dalam kemajuan organisasi secara hiraki ke bawah atau  memang sudah jadi pola non praktis untuk membiarkannya sehingga timbul kesadaran sendiri pengembangan itu timbul dari bawahan. Keluar dari semua kontens tersebut tetap staf atau bawahan akhirnya akan dibebani tugas tambahan yang tidak ringan ditambah tidak ada penghasilan tambahan sebagai reward akhir tugas tersebut. Nah kalau sudah begitu maka terjadilah konflik yang tidak jelas staf menjadi kambing hitam yang akan menjadi sasaran empuk sebagai alasan terakhir jika program tidak terlaksana dengan baik. Untuk mengatasi hal- hal tersebut tentu diperlukan loyalitas staf  untuk melaksanakan tugas akhir dari kegiatan progran yang telah direncanakan atau semata melaksanakan tugas rutin saja.

Pengembangan diri bisa  karena loyalitas atau kesadaran pribadi yang timbul untuk melaksanakan tugas, bisa juga karena kekecewaan suatu sisytem yang timpang karena suatu sebab. Sehingga untuk menutupi semuanya diperlukan jalan yang sehat dan masuk akal yang akhirnya bisa dinikmati oleh semua bukanya merugikan semua, walau kelihatan dalam keseharian hanya melaksanakan satu tugas saja atau tidak tetapi bila diamati secara seksama tipe staf yang demikian sebenarnya mampu dan lebih mumpuni dari pejabat struktural hiraki paling bawah.

Pada akhirnya bagaimana mendorong  staf untuk mengembangan dirinya sendiri baik secara “dipaksa” atau dalam program kepegawaian yang “ciamik” sehingga tugas tugas yang telah diprogram dalam rententan rancangan program bisa terlaksana dengan baik, bisa dipertanggunjawabkan baik secara keuangan dan kegiatan nyata di masyarakat lingkungannya bekerja.

Selamat bekerja dan jangan mudah menyerah apapun tantangannya. Salam

Blog di WordPress.com.

Atas ↑